I. PENDAHULUAN II. GEJALAPenyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini berkembang semakin cepat dan diperkirakan dari setiap 1.000.000 penduduk terdapat 100 penderita kanker baru. Penyakit kanker merupakan penyakit keganasan yang timbul ketika sel tubuh mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian tumbuh cepat dan tidak lagi memperhatikan tugasnya sebagai sel normal. Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara normal yang tidak dapat dikontrol sehingga cepat menyebar, yang terjadi dari perubahan sel yang melepaskan diri dari mekanisme pengaturan normal. Sel-sel ini akan merusak jaringan tubuh sehingga mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena. Ada banyak teori tentang terjadinya penyakit ini, salah satunya adalah teori radikal bebas, di mana oksidasi sel yang berlebihan sebagai akibat dari polusi (asap rokok, gas buangan pabrik, kendaraan), atau penggunaan zat kimia (misalnya bahan adiktif makanan) dapat menyebabkan mutasi tersebut; kendati dalam tubuh juga terdapat enzim-enzim pencegah superoksidasi, dan makanan/diet yang baik dapat pula memberikan vitamin, mineral, juga antioksidan seperti betakaroten, vitamin E, vitamin C, serta selenium. Penyakit kanker sering ditandai dengan adanya kaheksia atau sindroma yang ditandai dengan gejala klinis: • Anoreksia • Perubahan ambang rasa kecap • Penurunan berat badan • Anemia • Gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak • Lemah dan kurang bertenaga • Perubahan fungsi imun Kaheksia kanker ditemukan pada 80% pasien yang menderita keganasan tahap lanjut dan menjadi penyebab kematian > 20%. Masing-masing kanker akan memberikan akibat kaheksia yang berbeda. Mekanisme kaheksia kanker tidak sesederhana seperti pada kelaparan, yaitu asupan kalori yang lebih rendah dibanding kebutuhan; melainkan terjadi juga kekacauan metabolisme. Gangguan metabolisme yang terjadi pada kaheksia kanker dipengaruhi keluarnya sitokin dn faktor pemicu kaheksia lain yang dihasilkan oleh tumor dan tubuh sendiri. III. NUTRISI UNTUK PENCEGAHAN KANKER USUS BESAR Sebagaimana kita sadari bersama ada beberapa factor yang menentukan bagaimana seseorang memilih makanannya, antara lain: • Kesenangan serta ketidaksenangan (food like dan dislike) • Kebiasaan (food habits) • Daya beli serta ketersediaan makanan (purchasing power and food availability) • Aktualisasi diri (selt actualization) • Agama • Psikologis • Pertimbangan gizi serta kesehatan Tugas utama kolon (usus besar) sebagai salah satu saluran pencernaan, selain tempat penyimpanan sisa makanan yang nantinya harus dikeluarkan, adalah juga sebagai tempat absorbsi air, elektrolit, dan berbagai asam empedu. Jika fungsi kolon terganggu maka akan mengakibatkan gangguan penyerapan sisa zat gizi yang tidak terserap usus halus. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghambat pembentukan sel kanker adalah dengan pola hidup (perilaku) sehat, antara lain dengan mengatur pola makan sehari-hari. Diet gizi seimbang dengan energi, protein, zat besi, zinc, vitamin A berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh. Kekurangan zat-zat gizi tersebut akan melumpuhkan system kekebalan tubuh dan akhirnya tubuh tidak mampu membendung karsinogen (pembentuk sel kanker). Mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak rendah dan serat yang tinggi dapat menghambat terjadinya kanker. Di samping zat-zat yang merugikan, dalam kandungan gizi makanan tertentu terdapat pula zat gizi yang berfungsi sebagai zat antikarsinogen, yaitu zat yang protektif (melindungi seseorang yang mengkonsumsi dari timbulnya penyakit kanker). Beberapa jenis bahan makanan yang mengandung antioksidan untuk merangsang kekebalan tubuh antara lain serat, betakaroten, vitamin C, vitamin R, selenium, dan vitamin yang lain yang dapat melawan radikal bebas, terdapat dalam bahan makanan yang termasuk golongan ini: • Serat dari pangan nabati yang dapat dicerna penting untuk menarik air sekitar pembuluh darah, sehingga melunakkan feces dan mendorong pengeluaran yang efisien melalui usus. Sumber makanan yang mengandung serat ini adalah biji-bijian, kulit dan daging buah-buahan serta sayuran (kol, kembang kol, bayam, dll). • Betakaroten banyak terdapat pada sayur berwarna kuning seperti wortel, ubi. • Vitamin C banyak disimpan pada buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, dll. • Vitamin E terkandung dalam minyak nabati, jagung, sereal, sayur berdaun hijau, buah-buahan. • Selenium banyak terdapat pada daging, kerang, sereal. • Asam folat bisa didapatkan dari konsumsi sayuran hijau (brokoli, bayam, asparagus), biji-bijian, hati, kacang polong, buncis. • Kalsium berperan dalam proses proliferasi (perkembangbiakan) sel pada lapisan mukosa kolon (usus besar) manusia, karena itu masukan kalsium (Ca) yang cukup tinggi dapat mengurangi terjadinya kanker usus besar. Zat ini banyak terdapat dalam susu, yoghurt, keju, bayam, brokoli. • Vitamin B3 (niasin) pada ayam, ikan, kacang-kacangan, daging tanpa lemak, telur, apukat. • Vitamin D yang dalam bentuk aktif dapat menghambat pelipatgandaan sel kanker, banyak kita dapatkan dari mentega, susu, kuning telur, hati, beras, ikan. • Seng (zinc) banyak terdapat pada hewani seperti daging, ayam, telur, biji-bijian, roti, susu. • Alkylglyserol pada minyak ikan hiu, tulang rawan ikan hiu, merupakan faktor angiogenesis yang mencegah pembentukan darah baru dalam penyebaran sel kanker. • Omage 3 berasal dari minyak ikan. • Beberapa ekstrak tumbuhan seperti bromelain (nanas), bawang putih, bawang bombay, lentil, serta jamur shiitake. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan dan Dihindari: • Pemanasan/pemasakan sayuran yang terlalu lama dalam suhu yang tinggi. • Menggoreng makanan dapat menimbulkan zat trans fatty acid. • Penggunaan minyak yang berulang/jelantah mengandung zat radikal bebas seperti peroksida, epioksida yang bersifat karsinogenik dan mutagenic, yang mengubah sel normal menjadi ganas. • Makanan yang tercemar oleh jamur aspergillus flavus yang menghasilkan aflatoksin seperti pada kacang busuk, keju kedaluarsa, juga bersifat karsinogenik. • Bila memasak daging, akan terbentuk senyawa HCA (amina amina heterosiklik) yang munsul selama proses browning/pencoklatan, semakin sedikit HCA terbentuk semakin sehat daging dimakan. • Memanggang makanan lebih baik daripada menggoreng. • Merebus secara perlahan dengan panas bertahap, mengukus, memasak dengan oven, praktis tidak menghasilkan HCA, jadi sangat dianjurkan. • Pembatasan konsumsi daging merah hingga kurang dari 3x per minggu, sebagai gantinya kita dapat mengkonsumsi daging putih seperti ikan, unggas, ayam. • Peningkatan konsumsi sayur dan buah hingga 5x sehari, dengan mengkonsumsi sayuran yang kalorinya rendah tapi banyak mengandung serat seperti lalap ketimun, tomat, taoge, kol. Sayuran yang mengandung antioksidan alami (wortel, brokoli) dapat dikonsumsi lebih sering, bila perlu dibuat jus, capjay, cah. • Peningkatan asupan serat dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung sereal utuh (jagung, havermout, kacang hijau) atau agar-agar, kolang-kaling, cincau, selasih, dan rumput laut. • Label makanan kemasan perlu diperhatikan untuk melihat kandungan gizi, terutama lemak. • Konsumsi minuman seperti teh hijau, susu kedelai, beras kencur, kunyit asem, dapat dilakukan untuk mendapatkan kandungan fitokimia yang berkhasiat. IV. PENUTUP Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker usus besar, selain faktor genetik, lingkungan, pola hidup yang meliputi juga pola makan yang kurang sehat dengan tingginya asupan lemak dalam konsumsi sehari-hari. Untuk mencegahnya antara lain melalui pola makan yang sehat dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan, baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin, maupun mineral. Sebaiknya dalam sehari kita mengkonsumsi minimal 10 macam, bahan makanan (makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, aneka sayur dan buah, bila perlu tambahkan susu), menghindari makanan yang kurang bersih (baik dari mikroorganisma maupun dalam penanganannya). Selain itu kita harus waspada terhadap makanan yang kedaluarsa dan memperhatikan pengolahan yang tidak semestinya. Dan yang tidak kalah penting adalah olahraga rutin sesuai kondisi untuk membantu menyehatkan fisik kita. Jika kita mau mengakui kebenaran pendapat bahwa kesehatan memang bukan segalanya, tetapi segalanya tanpa kesehatan tidak ada artinya, dan jika obat dipandang sebagai dasar terapi maka nutrisi harus dipertimbangkan sebagai dasar kesembuhan, tentunya pertimbangan gizi dan kesehatan akan kita letakkan di tempat pertama. (Eko Dwi Martini, DCN/rumahkanker.com) * Makalah Seminar Kanker Usus Besar, 25 April 2010 Diupload dengan seijin Ibu Eko Dwi Martini, DCN Ahli Gizi Gedung Rawat Inap Utama (GRIU) "Graha Amerta" RSU Dr. Soetomo, Surabaya |
0 komentar:
Posting Komentar