Selasa, 14 Februari 2012

Cara Atasi Pecandu Narkoba & Pengidap AIDS

detail beritaSAYA adalah ibu dari empat anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Saya betul-betul merasa putus asa karena salah seorang anak saya (tepatnya anak yang ketiga) ternyata terkena penyakit AIDS. Sejak sebulan terakhir, ia panas tinggi hilang timbul dan tidak kuat untuk berjalan melampaui sepuluh rumah atau sekira 100 meter. Menurut dokter, katup jantungnya sakit. Setelah dirawat di rumah sakit selama 10 hari baru ketahuan bahwa anak saya menderita AIDS.
 
Selama setahun terakhir ini, badan anak saya itu menjadi kurus. Bobot badannya hanya 44 kg, padahal sebelumnya sekitar 63 kg. Selain itu, kondisi levernya juga buruk akibat hepatitis C. Dokter, yang saya tidak paham adalah mengapa anak saya bisa sakit jantung, lever, dan AIDS sekaligus?
 
Sebelum dinyatakan positif AIDS, anak saya sudah sejak lama kecanduan narkoba. Untuk dokter ketahui, tiga dari empat anak lelaki saya kecanduan narkoba. Bergantian mereka masuk panti rehabilitasi, namun kelihatannya percuma saja. Mereka masih sering kambuh. Dalam upaya menyembuhkan ketiganya, saya sudah berganti dokter beberapa kali dan berkonsultasi ke psikolog.
 
Saya disalahkan dokter karena memberi anak-anak saya uang antara 50 sampai 100 ribu rupiah setiap hari. Namun kalau tidak diberi, anak saya yang sedang sakau merusak perabotan rumah dan berteriak-teriak menyalahkan kami yang tidak bisa mendidik anak. Kami sebagai orangtua disalahkan untuk semua kekacauan ini.
 
Dok, kami harus bagaimana, berobat ke mana? Terus terang saya dan suami takut dijauhi teman, kerabat, dan tetangga, bila rahasia mengenai AIDS ini terungkap. Atas penjelasan dan saran dokter, saya ucapkan terima kasih.
 
Anonim
 
Jawab:
 
Terus terang, sukar bagi saya membayangkan beratnya cobaan yang ibu hadapi, tiga anak laki-laki pemakai narkoba dan seorang di antaranya dengan HIV/AIDS. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada ibu dan anggota keluarga yang lain untuk menanggulanginya, baik masalah kesehatan dan biaya pengobatan, beban psikososial, dan berbagai masalah lain yang terkait dengan narkoba dan pandangan masyarakat yang keliru tentang AIDS.
 
Masalah infeksi HIV/AIDS pada pecandu narkoba memang masalah yang makin besar dan serius. Sebagai contoh, di tahun 2000 saja terdapat lebih dari 120 remaja pecandu narkoba dengan HIV yang ditangani Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS FKUI-RSCM, Jakarta.
 
Dari data yang ibu sampaikan, masalah anak ibu yang kini sedang dirawat di rumah sakit paling sedikit ada empat yaitu; masalah kecanduan narkoba, masalah AIDS, masalah hepatitis C, masalah jantung, dan mungkin juga masalah panas tinggi yang bisa terkait atau bisa juga terpisah dari keempat masalah lainnya.
 
Mengapa anak ibu sampai terserang banyak penyakit yang serius tersebut sekaligus? Perlu diketahui, pemakai narkoba biasanya menyuntikkan narkoba ke tubuhnya lewat jarum suntik bekas pakai yang tidak steril. Mereka biasa berkumpul bertiga sampai tujuh orang, di rumah kosong ataupun di WC sekolah, kemudian menyuntik putau dengan memakai satu jarum suntik bergantian. Jadi bila salah satu pecandu, di dalam darahnya mengandung virus HIV, hepatitis B, hepatitis C, ataupun kuman lain, dengan cepat akan menular kepada teman-temannya sesama pemakai narkoba.
 
Menurut saya, yang paling utama untuk segera ditangani adalah masalah panas tinggi. Karena dapat membahayakan jiwa dalam jangka pendek. Biasanya diperlukan antibiotik yang agak khusus untuk mengatasi infeksi pada pecandu narkoba dan AIDS. Bila hasil biakan darah dan tes antibiotik sudah ada, dokter akan memilihkan obat yang lebih tepat.
 
Masalah berikutnya adalah AIDS. Dari data laboratorium yang ibu lampirkan, memang mungkin sekali anak ibu sudah memasuki tahap AIDS, tahap yang lebih lanjut dari sekadar infeksi HIV. Kesimpulan tersebut didukung data penurunan berat badan yang drastis dan jumlah leukosit 3.200 dan limfosit 280 per mililiter darah. Selain karena AIDS, penurunan berat badan memang bisa disebabkan oleh kecanduan narkotika saja, tanpa AIDS. Namun beberapa kali pemeriksaan limfosit yang ternyata hasilnya selalu di bawah 300, adalah sesuai dengan tahap AIDS. Untuk memantau kondisi AIDS dan kecepatan perjalanan penyakitnya, ada baiknya diperiksa jumlah virus HIV-nya. Bila di kota ibu belum ada, bisa diperiksa Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik, Bagian Penyakit Dalam FKUI-RSCM Jakarta.
 
Walaupun terinfeksi hepatitis C, kondisi fungsi lever masih cukup baik (kadar albumin, SGOT, SGPT, CHE masih normal), sehingga prioritas pengobatan adalah mengobati penyakit AIDS-nya terlebih dahulu. Saat ini ada beberapa obat antivirus AIDS yang tersedia di Jakarta. Diharapkan kualitas hidup anak ibu membaik dengan minum obat-obat tersebut. Namun saya memaklumi keputusan ibu bila tidak membelinya. Sebab, obat anti-AIDS tersebut harganya masih mahal.
 
Berikutnya adalah masalah gagal jantung. Kelihatannya jantung anak ibu tidak berhasil menjalankan fungsinya dengan baik sehingga napasnya menjadi tersengal-sengal sewaktu berjalan atau naik tangga. Dokter akan menilai status jantung pasien, kemudian akan memutuskan dan memberitahukan kepada ibu, apakah penyakit jantungnya bisa diatasi dengan obat-obatan atau perlu pembedahan untuk mengoreksi masalah katup jantungnya.
 
Salam
 
Prof Dr Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM
Konsultan Hematologi-Onkologi Medik FKUI/RSCM (ind)
(tty)

0 komentar:

Posting Komentar